PANGANDARAN JAWA BARAT - Lima bersaudara yang ditinggal mati oleh ayahnya, diangkat menjadi anak asuh Wakil Bupati Pangandaran, Ujang Endin Indrawan.
Dari lima bersaudara tersebut, tiga di antaranya merupakan anak kembar. Kelimanya jadi yatim setelah Sobirin (36) sang ayah meninggal dunia.
Sobirin sendiri merupakan pedagang cilok asal Dusun Mekarasih, Desa Paledah Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran. Ia meninggalkan lima orang anak yang masih kecil.
Selama ini Sobirin menjadi tulang punggung keluarga, sementara sang istri tidak bekerja. Setelah Sobirin meninggal dunia, keluarga tersebut kehilangan tumpuan hidup.
Ujang Endin Indrawan yang terenyuh dengan nasib kelima anak Sobirin pun menyatakan kesiapannya menjadi orang tua asuh anak-anak almarhum sampai mendapatkan pendidikan yang semestinya.
Wakil Bupati Pangandaran pun berbela sungkawa dan mendoakan almarhum Sobirin semoga kematiannya Khusnul Khotimah.
Baca juga:
Memaknai Hari Arak Bali
|
“Almarhum yang seorang pedagang cilok meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil-kecil dan ibunya tidak bekerja. Melihat kondisi keluarga almarhum, secara pribadi saya akan ikut membantu agar mereka bisa menempuh pendidikan dengan semestinya "kata Ujang Endin Indrawan kepada beberapa wartawan, Sabtu (25/05/2024).
Ujang Endin Indrawan menambahkan, selain negara hadir membantu keluarga almarhum secara kelembagaan, secara pribadi pun saya akan ikut membantu lima bersaudara tersebut.
“Insyaallah saya akan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang ditinggalkan almarhum "katanya".
Sementara istri almarhum, Tasiah (36 thn) menuturkan bahwa, suami sebelumnya usaha dagang cilok di kota. Setiap 6 bulan sekali baru pulang, sedangkan anaknya ditinggal sama ibu dan neneknya.
Tasiah menuturkan, anak pertamanya masih duduk di kelas 3 MI, anak laki-lakinya itu masih berusia 9 tahun.
Sedangkan anak kedua Tasiah, seorang perempuan yang masih berusia 4 tahun. Kemudian ketiga anak lainnya merupakan anak kembar tiga yang masih berusia 2, 5 tahun.
“Saya hanya mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah yang tiap 3 bulan sekali melalui kantor pos sebesar 600 ribu, selebihnya tidak ada lagi penghasilan saya "kata Tasiah".
Tasiah menuturkan anak pertama yang sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, biaya pendidikannya gratis semua ditanggung oleh sekolah.
“Paling kadang beli buku itupun kadang-kadang dibantu pihak sekolah "ucapnya".
“Selanjutnya ke depan belum ada niatan kerja di kota, saya akan fokus ngurus anak saja karena masih kecil-kecil, tempat tinggal masih mengikuti orang tua saja "ujarnya".(Anton AS)